Senin kemaren, 17 Agustus 2015, untuk pertama kalinya sejak lulus SMA ( 12 tahun silam) saya ikut upacara bendera. Jam 7 pagi, saya sampai di Pelataran Bank Indonesia Solo, pas bener upacaranya mau dimulai. Acara hunting Upacara Bendera di Solo batal, ya karena jadi peserta Upacara gak bisa ngapa-ngapain. Padahal awalnya saya mau motret upacara yang di Pasar Gede.
Di Upacara ini Irup nya, Direktur BI Solo, Pak Ismet, membacakan pidato Gubernur BI, Pak Agus Marto yang kalau saya tangkep intinya kita bisa mewujudkan nasionalisme salah satunya dengan lebih mencintai rupiah. Disitu disebutkan pula situasi keuangan global yang terjadi saat ini, dan pentingnya kenapa kita harus mencintai rupiah.
Dalam hati … iya saya mencintai rupiah, tapi… mungkin rupiah yang tidak terlalu mencintai saya… huaaaa
Sekitar setengah jam-an upacara ini selesai. Sebenernya saya sudah niat mau motret lagi habis ini, di mobil sudah nyiapin kamera, kaos dan celana pendek buat ganti. Tapi bego nya, lupa bawa sandal buat gantiin sepatu. Jadi drop deh niat buat motret karena sebelumnya sudah janjian mau motret di Kali Anyar, bareng komunitas Street & Human Interest Photography (SHIP) Solo. Mikirnya, repot juga nyetreet di sungai kalo pake sepatu dan kemeja-celana panjang resmi.
Tapi, nanggung lah mumpung sudah di Solo (rumah di Karanganyar berasa jauh dari Solo). Saya gak tahu pasti dimana letak Kali Anyar ini. Perlahan mobil saya arahkan ke Kali Anyar yang katanya sungai yang ada di depan terminal Tirtonadi. Dua kali saya muter melewati terminal, tapi gak ngelihat ada orang-orang kumpul bawa kamera.
Pas udah niat mau pulang, di lampu merah saya dadakan belok kiri lewat jembatan yang melintasi sungai Kali Anyar ini. Nah, baru dari jembatan ini saya melihat orang-orang sudah jejer di pager jembatan dengan kamera dan lensa-lensa panjangnya, dan di kejauhan di sungainya, tampak orang-orang berkumpul dengan bendera merah putih berkibar-kibar. Gak pake lama, langsung cari parkiran, keluarin kamera dan cari posisi. Ini nih yang susah… tukang jepret nya udah banyak banget, baik yang di atas di pagar jembatan atau yang di sungai lebih banyak dari peserta upacaranya mungkin.
Dengan sepatu yang sudah mulai tipis dan licin sol nya, saya wira wiri motret baik dari sungai, di atas jembatan, sisi kanan sungai, maupun sisi kiri sungai. Berasa udah kayak wartawan jurnalistik ajah.
Menurut artikel-artikel online yang saya baca, katanya ada 70 bendera Merah Putih aneka ukuran yang disediakan. Berdiri di paling depan barisan warga ini adalah pemuda yang membawa logo 70 tahun Indonesia Merdeka, masuk ke dalam air sungai nya yang tampak berwarna hitam. Dibelakangnya diikuti beberapa pembawa bendera ukuran besar, dan para peserta lainnya yang berjejer di gundukan-gundukan tanah kering nya.
Dikibarkan pula bendera merah putih ukuran Jumbo, yang diperlukan banyak orang untuk membentangkannya.
Dengan suasana informal, upacara bendera ini berlangsung tertib dan cukup khidmat dengan turut di bacakan pembukaan UUD, teks Proklamasi, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Warga-warga lainnya pun cukup antusias menyaksikan acara ini.
Walaupun dibilang warga sini melakukan upacara bendera 17 Agustus di sungai karena mereka tidak punya lapangan atau lahan terbuka untuk upacara, pesan positif yang mau disampaikan adalah agar warga seluruhnya menjaga kebersihan sungai. Dan tentunya, bahwa siapa saja warga negara Indonesia, dapat menunjukkan rasa Nasionalisme nya dimana saja tanpa ada batasan.
Merdeka !!!
Salam,
tapakasmo.com